www.liburanjateng.com Selama
ini Kota Kudus memang lebih dikenal dengan Kota Kretek karena kretek memang
sudah menjadi bagian budaya dari masyarakat Kudus hingga muncul banyak pabrik
kretek di kota ini, baik itu industri skala besar, maupun industri berskala
rumahan.
Namun, jika kamu berkunjung ke Kota Kudus, selain sejarah dan budaya
tentang kretek, salah satu yang dikenal adalah wisata religi di dua makam
Walisongo yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa, yaitu Sunan Kudus dan Sunan
Muria. Lewat Sunan Kudus dan Sunan Muria yang memiliki rasa toleransi yang
tinggi pada umat agama lain, maka di Kudus pun banyak terdapat tradisi budaya
sebagai bentuk asimilasi atau perpaduan budaya dari agama Islam dan agama nenek
moyang kala itu. Apa saja tradisinya?
1. Dandangan
Salah
satu bulan istimewa dan selalu dinantikan kedatangannya oleh umat muslim adalah
Bulan Ramadhan. Oleh karena itu banyak umat muslim yang menyambut Bulan
Ramadhan dengan acara yang istimewa, salah satunya adalah masyarakat Kota Kudus
yang memiliki tradisi menyelenggarakan Dandangan.
Sumber: www.instagram.com/jatengeksis |
Tradisi
Dandangan ini sudah bermula sejak Sunan Kudus masih hidup, mulanya Dandangan
ini adalah tradisi masyarakat Kudus yang datang ke Masjid Menara untuk
mendengarkan bunyi bedug yang ditabuh sebagai pertanda datangnya Bulan
Ramadhan.
Nama
Dandangan ini sendiri berasal dari bunyi bedug yang dipukul ‘Dhang … Dhang
…’. Seiring perkembangan zaman, tradisi mendengarkan bunyi bedug berubah
menjadi sebuah perayaan yang meriah. Sepanjang Jalan Menara dan Jalan Sunan
Kudus biasanya akan dipenuhi banyak pedagang dengan berbagai macam dagangannya.
Jika
kamu ingin menyaksikan tradisi Dhandhangan ini, kamu bisa datang tiga minggu
hingga sehari sebelum Bulan Ramadhan, dan jangan lupa juga siapkan uang saku,
karena di tradisi Dhandhangan ini kamu akan tergoda banyak barang-barang
menarik yang diperjualbelikan di sepanjang jalan.
2. Buka Luwur
Buka
Luwur adalah tradisi masyarakat Kudus untuk membuka Luwur (kain mori) yang
menyelubungi makam Sunan Kudus. Luwur itu akan dibuka, dan diganti dengan Luwur
yang baru.
Acara
Buka Luwur ini biasanya diadakan setiap tanggal 10 Muharram sebagai
penghormatan pada Sunan Kudus sekaligus mengirim doa karena tanggal tersebut
juga merupakan hari Haul (peringatan hari wafat) Sunan Kudus.
Sumber: www.instagram.com/pengen_nyantri |
Jika
kamu datang pada tanggal 10 Muharram ke makam Sunan Kudus, maka kamu juga bisa
mendapatkan Nasi Jangkrik, nasi dengan lauk daging dibungkus daun jati yang
memang disediakan panitia Buka Luwur untuk warga atau pengunjung.
3. Bulusan
Tradisi
Bulusan adalah tradisi yang sering diadakan oleh masyarakat Jekulo, Kudus
setiap tanggal 8 Syawal. Tradisi ini untuk mendoakan dua orang murid Kiai Dudo
yang menjelma menjadi dua ekor bulus (kura-kura air tawar) ketika melaksanakan
pekerjaan mengambil bibit padi di sawah.
Jika
kamu datang saat tradisi ini berlangsung, kamu tak hanya akan mengikuti ritual
doa saja, tapi kamu juga akan disuguhi beragam kesenian seperti wayang dan
karnaval yang meriah.
Sumber: www.instagram.com/astrinf14 |
4. Sewu Kupat
Tradisi
Sewu Kupat (Seribu Ketupat) ini juga merupakan salah satu tradisi yang
diselenggarakan oleh masyarakat Kudus, tepatnya di daerah Muria, Kudus. Acara
ini digelar dengan arak-arakan seribu kupat yang telah didoakan, serta ditata
sedemikian rupa. Arak-arakan sewu kupat itu kemudian diperebutkan oleh
masyarakat luas karena dipercaya membawa berkah.
Sumber: www.instagram.com/mirzaiqbal |
Kalau
kamu ingin mendapatkan salah satu ketupat dari acara ini agar mendapatkan
berkah, kamu bisa datang pada hari ketujuh Idul Fitri ke daerah Muria tepatnya
di makam Sunan Muria, Kudus.
5. Ampyang Maulid
Seperti
namanya, acara Ampyang Maulid ini diadakan masyarakat Kudus, tepatnya di daerah
Loram setiap bulan Maulid atau bulan kelahiran nabi yaitu Rabiul Awwal.
Sumber: www.instagram.com/jatengeksis |
Acara
ini memang diselenggarakan masyarakat untuk memperingati hari kelahiran Nabi
Muhammad SAW dengan mengadakan pawai Ampyang (kerupuk yang terbuat dari
tepung). Tak hanya diarak saja, tapi Ampyang juga diletakkan pada wadah-wadah
yang sudah dihias sedemikian rupa seperti bentuk masjid, ka’bah, kubah dan lain
sebagainya. Jika
kamu datang ke Kudus pada bulan Rabi’ul Awwal, jangan sampai terlewatkan acara
Ampyang Maulid ini.
Itulah 5 (lima) tradisi yang wajib
kamu tahu dan jangan sampai dilewatkan jika berkunjung ke Kota Kudus. Dengan
melihat tradisi-tradisi ini secara langsung, kamu akan bisa belajar tentang
budaya dan juga tenggang rasa terhadap sesame. (*)
Tidak ada komentar