5 Tradisi Budaya di Kota Kudus yang Wajib Kamu Tahu


www.liburanjateng.com Selama ini Kota Kudus memang lebih dikenal dengan Kota Kretek karena kretek memang sudah menjadi bagian budaya dari masyarakat Kudus hingga muncul banyak pabrik kretek di kota ini, baik itu industri skala besar, maupun industri berskala rumahan. 

Namun, jika kamu berkunjung ke Kota Kudus, selain sejarah dan budaya tentang kretek, salah satu yang dikenal adalah wisata religi di dua makam Walisongo yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa, yaitu Sunan Kudus dan Sunan Muria. Lewat Sunan Kudus dan Sunan Muria yang memiliki rasa toleransi yang tinggi pada umat agama lain, maka di Kudus pun banyak terdapat tradisi budaya sebagai bentuk asimilasi atau perpaduan budaya dari agama Islam dan agama nenek moyang kala itu. Apa saja tradisinya?    

1. Dandangan
Salah satu bulan istimewa dan selalu dinantikan kedatangannya oleh umat muslim adalah Bulan Ramadhan. Oleh karena itu banyak umat muslim yang menyambut Bulan Ramadhan dengan acara yang istimewa, salah satunya adalah masyarakat Kota Kudus yang memiliki tradisi menyelenggarakan Dandangan. 

Sumber: www.instagram.com/jatengeksis



Tradisi Dandangan ini sudah bermula sejak Sunan Kudus masih hidup, mulanya Dandangan ini adalah tradisi masyarakat Kudus yang datang ke Masjid Menara untuk mendengarkan bunyi bedug yang ditabuh sebagai pertanda datangnya Bulan Ramadhan.

Nama Dandangan ini sendiri berasal dari bunyi bedug yang dipukul ‘Dhang … Dhang …’. Seiring perkembangan zaman, tradisi mendengarkan bunyi bedug berubah menjadi sebuah perayaan yang meriah. Sepanjang Jalan Menara dan Jalan Sunan Kudus biasanya akan dipenuhi banyak pedagang dengan berbagai macam dagangannya.

Jika kamu ingin menyaksikan tradisi Dhandhangan ini, kamu bisa datang tiga minggu hingga sehari sebelum Bulan Ramadhan, dan jangan lupa juga siapkan uang saku, karena di tradisi Dhandhangan ini kamu akan tergoda banyak barang-barang menarik yang diperjualbelikan di sepanjang jalan.

2. Buka Luwur
Buka Luwur adalah tradisi masyarakat Kudus untuk membuka Luwur (kain mori) yang menyelubungi makam Sunan Kudus. Luwur itu akan dibuka, dan diganti dengan Luwur yang baru.
Acara Buka Luwur ini biasanya diadakan setiap tanggal 10 Muharram sebagai penghormatan pada Sunan Kudus sekaligus mengirim doa karena tanggal tersebut juga merupakan hari Haul (peringatan hari wafat) Sunan Kudus.

Sumber: www.instagram.com/pengen_nyantri


Jika kamu datang pada tanggal 10 Muharram ke makam Sunan Kudus, maka kamu juga bisa mendapatkan Nasi Jangkrik, nasi dengan lauk daging dibungkus daun jati yang memang disediakan panitia Buka Luwur untuk warga atau pengunjung.

3. Bulusan
Tradisi Bulusan adalah tradisi yang sering diadakan oleh masyarakat Jekulo, Kudus setiap tanggal 8 Syawal. Tradisi ini untuk mendoakan dua orang murid Kiai Dudo yang menjelma menjadi dua ekor bulus (kura-kura air tawar) ketika melaksanakan pekerjaan mengambil bibit padi di sawah.
Jika kamu datang saat tradisi ini berlangsung, kamu tak hanya akan mengikuti ritual doa saja, tapi kamu juga akan disuguhi beragam kesenian seperti wayang dan karnaval yang meriah.

Sumber: www.instagram.com/astrinf14


4. Sewu Kupat
Tradisi Sewu Kupat (Seribu Ketupat) ini juga merupakan salah satu tradisi yang diselenggarakan oleh masyarakat Kudus, tepatnya di daerah Muria, Kudus. Acara ini digelar dengan arak-arakan seribu kupat yang telah didoakan, serta ditata sedemikian rupa. Arak-arakan sewu kupat itu kemudian diperebutkan oleh masyarakat luas karena dipercaya membawa berkah.

Sumber: www.instagram.com/mirzaiqbal

Kalau kamu ingin mendapatkan salah satu ketupat dari acara ini agar mendapatkan berkah, kamu bisa datang pada hari ketujuh Idul Fitri ke daerah Muria tepatnya di makam Sunan Muria, Kudus.

5. Ampyang Maulid
Seperti namanya, acara Ampyang Maulid ini diadakan masyarakat Kudus, tepatnya di daerah Loram setiap bulan Maulid atau bulan kelahiran nabi yaitu Rabiul Awwal. 

Sumber: www.instagram.com/jatengeksis
Acara ini memang diselenggarakan masyarakat untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW dengan mengadakan pawai Ampyang (kerupuk yang terbuat dari tepung). Tak hanya diarak saja, tapi Ampyang juga diletakkan pada wadah-wadah yang sudah dihias sedemikian rupa seperti bentuk masjid, ka’bah, kubah dan lain sebagainya. Jika kamu datang ke Kudus pada bulan Rabi’ul Awwal, jangan sampai terlewatkan acara Ampyang Maulid ini. 

Itulah 5 (lima) tradisi yang wajib kamu tahu dan jangan sampai dilewatkan jika berkunjung ke Kota Kudus. Dengan melihat tradisi-tradisi ini secara langsung, kamu akan bisa belajar tentang budaya dan juga tenggang rasa terhadap sesame. (*)

Tidak ada komentar